Tuesday, October 27, 2015
Ujian Ulama, Dicap Liberal dan Syi'ah
Maraknya media Islam non Ahlusunnah wal Jama'ah membuat orang awan semakin bingung akan keislaman. Banyak ummat awam yang ikut memfitnah ulama gara-gara media. Banyak awam yang ikut mencela ulil amri gara-gara media. Dan akhir ini banyak para kyai, gus dan habaib yang dicap Liberal dan Syiah oleh netizen awam yang salah membaca suatu media Islam. Yang dulu media-media non Aswaja ini dengan mudahnya memberi cap Syirik dan Bid'ah namun akhir-akhir ini cap itu kurang laku, maka mereka melancarkan cap Liberal dan Syiah kepada ulama-ulama Ahlussunnah. Padahal golongan Liberal di Indonesia itu cuma satu, dua orang sedangkan Syiah juga cuma sedikit sekali. Namun kelompok non Ahlussunnah membesar-besarkan isu Syiah dan Liberal dengan cara memfitnah para kyai dan gus Aswaja sebagai tokoh Syiah dan tokoh Liberal.Sebenarnya apa sih kriteria Liberal dan kriteria Syiah menurut mereka? Ternyata setiap yang suka Maulid Nabi dan tidak mau ikut mengkafirkan Syiah maka berarti Syiah. Dan setiap yang tidak mau mengkafirkan orang lain maka berarti Liberal, padahal alasan para ulama tidak mengkafirkan karena kehati-hatian dan demi keharmonisan bersama.
Syaikh Taqiyuddin as-Subki juga berpendapat bahwa orang yang taqwa kepada Allah adalah orang yang tidak suka mengkafirkan walaupun terhadap golongan yang menyimpang:
Lalu kenapa para ulama yang bertakwa justru sering difitnah (dicap Liberal dan Syiah)? Itulah ujian orang alim ketika akan diangkat derajatnya. Imam Abul Hasan asy-Syadzily Ra. menyatakan:
Ulama pun akan iri dengan ulama lain, apalagi hinaan orang-orang bodoh (awam) dalam hal agama pasti sulit dihindari, itulah ulama yang mempunyai derajat tinggi. Wallahu a'lam.
Syaikh Taqiyuddin as-Subki juga berpendapat bahwa orang yang taqwa kepada Allah adalah orang yang tidak suka mengkafirkan walaupun terhadap golongan yang menyimpang:
ﺳﺌﻞ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻭﻣﻮﻻﻧﺎ ﺷﻴﺦ ﺍﻷﺳﻼﻡ ﺗﻘﻲ ﺍﻟﺪﻱ ﺍﻟﺴﺒﻜﻲ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻦ ﺣﻜﻢ ﺗﻜﻔﻴﺮ ﻏﻼﺓ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻋﺔ ﻭﺃﻫﻞ ﺍﻷﻫﻮﺍﺀ ﻭﺍﻟﻤﺘﻔﻮﻫﻴﻦ ﺑﺎﻟﻜﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺬﺍﺕ ﺍﻟﻤﻘﺪﺱ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺍﻋﻠﻢ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ ﺍﻥ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺧﺎﻑ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰﻭﺟﻞ ﺍﺳﺘﻌﻈﻢ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺎﻟﺘﻜﻔﻴﺮ ﻟﻤﻦ ﻳﻘﻮﻝ ﻻ ﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﺫﺍﻟﺘﻜﻔﻴﺮ ﺃﻣﺮ ﻫﺎﺋﻞ ﻋﻈﻴﻢ ﺍﻟﺨﻄﺮ ﻷﻥ ﻣﻦ ﻛﻔﺮﺷﺨﺼﺎ ﺑﻌﻴﻨﻪ ﻓﻜﺄﻧﻪ ﺃﺧﺒﺮ ﺃﻥ ﻋﺎﻗﺒﺘﻪ ﻓﻰ ﺍﻷﺧﺮﺓ ﺍﻟﺨﻠﻮﺩ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﺃﺑﺪ ﺍﻷﺑﺪﻳﻦ ﻭﺃﻧﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻣﺒﺎﺡ ﺍﻟﺪﻡ ﻭﺍﻟﻤﺎﻝ ﻻ ﻳﻤﻜﻦ ﻣﻦ ﻧﻜﺎﺡ ﻣﺴﻠﻤﺔ ﻭﻻ ﻳﺠﺮﻱ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻻ ﻓﻰ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﻭﻻ ﺑﻌﺪ ﻣﻤﺎﺗﻪ ﻭﺍﻟﺨﻄﺎﺀ ﻓﻰ ﺗﺮﻙ ﺃﻟﻒ ﻛﺎﻓﺮ ﺃﻫﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺀ ﻓﻰ ﺳﻔﻚ ﻣﺤﺠﻤﺔ ﻣﻦ ﺩﻡ ﺍﻣﺮﺀ ﻣﺴﻠﻢ . ﻃﺒﻘﺎﺕ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ . ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺍﻟﺸﻌﺮﺍﻧﻲ .
Sayyidina wa Maulana Syaikh Taqiyuddin as-Subki Ra. ditanya tentang hukum mengkafirkan Muslim yang dianggap “menyimpang” dari ajaran Islam. Syaikh Taqiyudin menjawab: “Setiap orang yang takut kepada Allah Swt. akan menganggap luar biasa sekali mengkafirkan orang yang mengucapkan 'La ilaha illallah muhammadun rasulullah'. Mengkafirkan (seorang Muslim) adalah bahaya besar. Karena memvonis seseorang sebagai kafir sama dengan menyatakan bahwa orang tersebut abadi di neraka. Secara hukum fiqh tidak terlindungi darah dan hartanya, tidak boleh menikahi Muslimah, hak-haknya sebagai Muslim dicabut baik saat hidup (seperti nikah dengan Muslim/Muslimah) ataupun setelah mati (seperti tidak boleh dishalatkan dan tidak boleh dikuburkan di pemakaman Muslim). Tidak memvonis kufur pada 1000 orang yang jelas-jelas kufur lebih ringan bahayanya daripada menyatakan seorang muslim sebagai orang yang kufur (keluar dari Islam)."Lalu kenapa para ulama yang bertakwa justru sering difitnah (dicap Liberal dan Syiah)? Itulah ujian orang alim ketika akan diangkat derajatnya. Imam Abul Hasan asy-Syadzily Ra. menyatakan:
ﻻ ﻳﻜﻤﻞ ﻋﺎﻟﻢ ﻓﻲ ﻣﻘﺎﻡ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﺒﺘﻠﻰ ﺑﺄﺭﺑﻊ : ﺷﻤﺎﺗﺔ ﺍﻷﻋﺪﺍﺀ، ﻭﻣﻼﻣﺔ ﺍﻷﺻﺪﻗﺎﺀ، ﻭﻃﻌﻦ ﺍﻟﺠﻬﺎﻝ، ﻭﺣﺴﺪ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ . ﻓﺈﻥ ﺻﺒﺮ ﺟﻌﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻣﺎﻣﺎً ﻳﻘﺘﺪﻯ ﺑﻪ
"Seorang alim belum akan mencapai tingkat kesempurnaan ilmunya hingga mengalami 4 ujian: 1. Kegembiraan musuh (disebabkan cobaan yang menimpanya), 2. Celaan para sahabat, 3. Hinaan orang-orang yang bodoh, dan 4. Iri hati dari kalangan ulama. Jika dia mampu bersabar terhadap itu semua, pasti Allah akan menjadikannya sebagai pemimpin yang diikuti."Ulama pun akan iri dengan ulama lain, apalagi hinaan orang-orang bodoh (awam) dalam hal agama pasti sulit dihindari, itulah ulama yang mempunyai derajat tinggi. Wallahu a'lam.
(Sumber: ngaji.web.id)
Related Posts:
Hikmah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: