Ad 468 X 60

.

Wednesday, May 3, 2017

Widgets

[Makna Zuhud]

Bagaimana makna zuhud, dan kedudukannya dalam sikap ubudiyah?

Al-HamdulilLāh.Telah banyak para guru mulia yang menjelaskan makna zuhud, berikut penjelasannya. Beberapa diantaranya, ada yang menjelaskan berikut mencontohkannya dengan lisan dan ihwal. Dan tak jarang beliau yang mulia tanpa menjelaskan dengan lisan akan tetapi mencontohkan (praktek) dalam kesehariannya. Oleh karenanya para santri terkadang tidak mendapati penjelasan ‘Zuhud’ dari guru/kiainya dengan lisan akan tetapi cukup melihat keseharian guru mereka.

Dalam maqamat al-Yaqin, zuhud diletakkan pada maqam ke-enam, setelah maqam Taubah, Sabar, Syukur, Rajā’ dan, khauf. Baru setelah itu Zuhud. Sedangkan dalam ihwal (keadaan tertentu) seorang salik dapat menduduki dua ihwal sekaligus atau bahkan lebih. Perbedaan maqam dengan ihwal adalah: Kalaw maqam tidak berubah pada pangkal fuad salik sedangkan ihwal selalu berubah-ubah sesuai keadaannya, akan tetapi sebaik-baik maqam adalah yang paling banyak ihwalnya.
Contoh: Salik yang menduduki maqam taubah akan tetapi dalam ihwalnya bersyukur (bil-lisan wa al-hāl), naik lagi ihwalnya pada rajā’ (berharap), tawakal kemudian ridla mahabah dst-nya. Contoh lain: Salik yang menduduki maqam taubah sedangkan dalam ihwalnya Sabar, kemudian naik lagi khauf (takut), tawakal, dan ridla. Akan tetapi pada pangkal fuadnya tidak berubah-ubah, yaitu Taubah. Kenapa demikian? Karena itulah perbedaan maqam dan ihwal. Sebagaimana kesepakatan ‘ashhabul yamin’. (Lihat. Abu Bakr al-Maky: Quut al-Qalb)

Zuhud disini dalam hal (keadaan) dibedakan menjadi tiga bagian:

Pertama: Zuhudnya orang awam (mungkin seperti kami atau anda sekalian dalam keadaan tertentu). Yaitu; meninggalkan berlebihan dari hajat keinginan dalam segala hal.

Ke-dua: Zuhudnya orang khash (khusus). Yaitu; meninggalkan segala sesuatu selain taqarub (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam keadaan apapun.

Ke-tiga: Zuhudnya khasais al-Khash (orang yang paling khusus). Yaitu; memalingkan pandangan pada selain Allah Ta’ala dalam setiap nafas. (Lihat: al-Ihya al-Ghazali atau Mira' at-Taswif Ibnu Ajibah)

Kenapa zuhud selalu identik dengan ‘meninggalkan’? Benar karena secara definisi zuhud adalah kosongnya hati dari ketergantungan (ta’aluq) selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Artinya: Zuhud adalah ibadah hati yang bersifat pasif (bukan aktif) dalam suatu ihwal. Justru zuhud inilah benteng hati dari terkontaminasi selain Allah, menuju kesempurnaan zuhud yang aktif yaitu mendekatkandiri (taqarub) kepada Allah Ta'ala karena sebagaimana sifat hati al-iqbal wa al-idbar (menerima dan menolak). sifat hati yang selalu bergejolak. sifat hati yang munqalib. Kemudian kami ucapkan: Ya muqalib al-qulub tsabbits qalbii ‘ala diiniK.

Dari Ibnu Majah radliallahu ‘anu wa ardlah: Suatu ketika datang sahabat nabi kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, lalu bertanya: Wahai Rasulullah, tunjukilah aku suatu amal yang jika aku amalkan maka Allah Ta’ala mencintaiku dan manusia juga mencintaiku? Fa qaala:

إزهد في الدنيا يحبك الله، وازهد فيما عند الناس يحبك الناس

Berzuhudlah dalam (urusan) dunia maka Allah Ta’ala akan mencintaimu, dan berzuhudlah dalam apa yang menurut manusia (disukainya) maka manusia akan mencintaimu.

WalLahu a’lam. WalLahu waliyyuna ilaa sawaa as-sabiil.

Ulinuha Asnawi: Semoga tidak salah dalam menempatkan ilmu dan semoga bermanfaat. Silahkan dibagikan jika menurut Anda ini baik. Doakan aku semoga selalu istiqamah dalam kebaikan, begitu juga kami akan mendoakan semoga semua yang meng-amin-kan ini dalam kebaikan. Dimurahkan rizqinya. Selalu Istiqmah dalam kebaikan. Semoga khusnul khatimah. Dan nantinya kita dipertemukan bersama dalam kebaikan juga. Amiin.

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati

0 komentar: